Mengenai Sejarah IPROSI

SEJARAH BERDIRINYA
IKATAN PROSTODONSIA INDONESIA (IPROSI)
Oleh : Herawan Apidana


Sejak Proklamasi kemerdekaan Indonesia kondisi kesehatan rakyat kita masih sangat rendah khususnya kesehatan gigi dan mulut, hal ini tentunya masih rendahnya kondisi sosial ekonomi dan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut serta masih rendahnya kesadaran rakyat kita untuk menjaga kebersihan gigi dan mulutnya.
Indonesia saat itu sudah memiliki Fakultas Kedokteran Gigi yang pertama kali berdiri yaitu Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga yang kala itu bernama School Tot Opleiding van Indische Tandartsen hingga tahun 1942. Nama berbahasa Indonesia Fakultas Kedokteran Gigi baru digunakan pada tahun 1954 setelah sebelumnya memiliki beberapa nama seperti Ika Daigaku Shika hingga tahun 1945, Tandheelkundig Instituut hingga tahun 1947, Universiteir Tandheelkundig Instituut hingga tahun 1948 sampai akhirnya bernama Fakultas Kedokteran Gigi.

Setelah Indonesia merdeka seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ekonomi dan sosial budaya di negeri kita maka mulailah berdiri fakultas kedokteran gigi baru yaitu Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada di Jogyakarta yang berdiri pada tanggal 5 Maret 1948, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Pajajaran di Bandung yang berdiri pada tanggal 1 September 1959 dan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia di Jakarta yang berdiri pada tanggal 21 Desember 1960.


Dengan berdirinya 4 Fakultas Kedokteran Gigi tersebut maka semakin banyak para dokter gigi lulusan dari ke 4 Fakultas Kedokteran Gigi tersebut dan tentunya ini mempunyai kontribusi yang sangat besar bagi peningkatan derajad kesehatan masyarakat Indonesia khususnya dibidang kesehatan gigi dan mulut.
Pada masa setelah kemerdekaan kondisi politik di Indonesia masih tidak stabil, disana sini masih banyak gerakan-gerakan yang ingin menentukan arah Republik Indonesia ini sperti pemberontakan DI/TII, Kartosuwiryo, G-30S PKI, dll. Dengan kondisi yang masih labil tentunya berpengaruh terhadap kondisi ekonomi rakyat kita yang pada akhirnya juga berpengaruh terhadap kondisi kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut. Rendahnya pengetahuan dan kesadaran terhadap kesehatan gigi dan mulut membuat masyarakat kita banyak kehilangan gigi-giginya sehingga memerlukan rehabilitasi dengan pembuatan gigi tiruan.
Dari ke 4 Fakultas Kedokteran Gigi yang ada di Indonesia saat itu memiliki beberapa bidang studi (jurusan) yang salah satunya adalah bidang studi Ilmu Prostodonsia. Kasus-kasus kehilangan gigi pada masa itu cukup banyak sehingga banyak para sejawat dokter gigi saat itu yang belajar dan mendalami Ilmu Prostodonsia baik di dalam maupun di luar negeri.

Untuk mengampu Ilmu Prostodonsia maka atas prakarsa bagian Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya, pada bulan September 1975 diadakan pertemuan / rapat di Lawang (Jawa Timur), yang dihadiri oleh para staf pengajar Bagian Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Unversitas Airlangga, Universitas Gajah Mada, Universitas Pajajaran, Universitas Indonesia, Universitas Trisakti dan Universitas Pendidikan Dokter Moestopo (Beragama). Diskusi sangat menarik dan sangat bersemangat untuk mendirikan suatu wadah yang bertujuan untuk dapat menampung para dokter gigi yang berminat mengembangkan pendidikan, pelayanan maupun pengembangan Ilmu Prostodonsia di Indonesia, maka seluruh peserta rapat dengan bulat sepakat untuk merealisasinya.


Berbagai macam nama / istilah telah diusulkan dan melalui diskusi yang panjang pada akhirnya disepakati nama yang pertama kali dipakai adalah IPPROSI (Ikatan Peminat Prostodonsia Indonesia) dan IPPROSI merupakan ikatan keahlian kedua setelah PABMI. Pada awalnya IPPROSI baru mempunyai 3 (tiga) cabang yaitu IPPROSI cabang Jakarta, cabang Bandung dan cabang Jogyakarta.

Kemudian dalam perjalanan perkembangannya IPPROSI cabang bertambah menjadi 6 (enam) cabang yaitu cabang Jakarta, cabang Bandung, cabang Jogyakarta, cabang Surabaya, cabang Medan dan cabang Makasar.
Pada Kongres di Jogyakarta tahun 1987, telah disepakati untuk mengganti nama IPPROSI menjadi IPROSI (Ikatan Prostodonsia Indonesia).

Hal ini tentunya disesuaikan dengan sistem spesialisasi yang berlaku di Indonesia sebagamana sekarang ada 7 cabang spesialisasi di bidang Kedokteran Gigi di Indonesia yang salah satunya adalah Spesialisasi Prostodonsia yang saat itu 4 (empat) Fakultas Kedokteran Gigi yaitu Universitas Airlangga, Universitas Gajah Mada, Universitas Indonesia dan Universitas Pajajaran sudah melaksanakan Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis bidang Prostodonsia dan telah menghasilkan para dokter gigi spesialis prostodonsia sehingga tidak ada lagi kepeminatan.

Dengan terbentuknya IPPROSI maka menjadi tuntutan untuk memenuhi kebutuhan tenaga spesialis prostodonsia di Indonesia sesuai dengan sistem spesialisasi dokter gigi di Indonesia, maka pada tahun 1984 diadakan pendidikan spesialisasi prostodonsia pertama kali oleh Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia dan selanjutnya diikuti oleh Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Pajajaran, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanudin dan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Seiring dengan tuntutan perkembangan bidang kedokteran gigi, setiap ikatan keahlian harus mempunyai Kolegium dan pada tahun 2002 ditetapkanlah Kolegium Prostodonsia yang bertugas sebagai pengampu keilmuan dan ikut berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan bersama Institusi Pendidikan. Bahkan dalam perkembangannya Kolegium mempunyai peran sebagai penghubung antara Ikatan Keahlian dan KKI (Konsil Kedokteran Indonesia).

Sebagai pengampu keilmuan, Kolegium juga mempunyai tugas memonitor dan mengevaluasi kompetensi para dokter gigi spesialis prostodonsia (anggauta IPROSI). Dengan semakin bertambahnya lulusan Dokter Gigi Spesialis Prostodonsia, maka pada tanggal 23 September 2011 telah dikukuhkan dan ditetapkan pelantikan Pengurus IPROSI Cabang Solo, sehingga sampai dengan saat ini ada 7 (tujuh) IPROSI Cabang di Indonesia yaitu :
1. IPROSI Cabang Medan
2. IPROSI Cabang Jakarta
3. IPROSI Cabang Bandung
4. IPROSI Cabang Jogyakarta
5. IPROSI Cabang Surabaya
6. IPROSI Cabang Makasar
7. IPROSI Cabang Solo

Semua IPROSI Cabang tetap berada dibawah koordinasi Pengurus Pusat IPROSI (PP IPROSI) dan Program Kerja serta kegiatan semua IPROSI Cabang mengacu kepada Program Kerja PP IPROSI sebagaimana diatur di dalam AD/ART IPROSI.

Adapun nama-nama pejabat Ketua Pengurus Pusat IPROSI adalah sebagai berikut :

1


Prof R. Hartono, drg, Sp Pros (K)
Periode Kepengurusan dari tahun 1975 sampai dengan tahun 1988
2


Prof Daruwati Mardjono, drg, MSD, Sp Pros (K)
Periode Kepengurusan dari tahun 1988 sampai dengan tahun 1992.
3


Prof R. Iskandar, drg, Sp Pros (K)
Periode Kepengurusan dari tahun 1992 sampai dengan tahun 1999.
4


DR drg Muslich, Sp Pros (K)
Periode Kepengurusan dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2003.
5


Drg Bambang Kusnandir, Sp Pros
Periode Kepengurusan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 kemudian terpilih kembali untuk Periode Kepengurusan dari tahun 2007 sampai dengan 2011.
6


Drg Doddy S Soemawinata, Sp Pros
Periode Kepengurusan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 kemudian terpilih kembali untuk Periode Kepengurusan tahun 2015 sampai dengan tahun 2019.
Penulisan riwayat singkat tentang berdirinya Ikatan Prostodonsia Indonesia ini bersumber dari dokumen sederhana berupa catatan tulisan tangan oleh Prof Daruwati Mardjono, drg, MSD, Sp Pros (K), serta informasi dari para sejawat senior yang mengetahui sejarah awal dan perkembangan IPROSI. Apabila ada dokumen lain ataupun informasi yang valid dikemudian hari, maka akan diadakan perbaikan maupun penambahan data.

Demikian riwayat singkat berdirinya Ikatan Prostodonsia Indonesia semoga dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi para sejawat prostodontist untuk menjadikan ilmu prostodonsia dikenal dikalangan masyarakat luas sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat. [Download]